CEO Plataran Indonesia, Yozua Makes berjanji anak perusahaannya, PT Segara Komodo Lestari (SKL) tidak akan mematikan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di sekitar Taman Nasional (TN) Komodo.

Ia bercerita, sebelum SKL menjadi bagian dari perusahaannya, ada 24 proyek yang direncanakan di Pulau Rinca.

Meski sudah mendapat Izin Usaha Pengusahaan Sarana Wisata Alam (IUPSWA) sejak 17 Desember 2015, pembangunannya tak kunjung dimulai lantaran terus menerus ditentang masyarakat sekitar.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) lalu meminta SKL menghentikan proses pembangunan.

Adapun izin konsesi lahan dikantongi SKL seluas 22,1 hektare.

Karena terus ditentang masyarakat, pemilik SKL, David Makes yang saudara Yozua berkonsultasi padanya.

Saat mengevaluasi rencana bisnis SKL satu hingga lima tahun ke depan, kata Yozua, ia langsung mengerti penyebab permasalahan yang dihadapi perusahaan itu.

Menurutnya, pembangunan 24 proyek memang tidak dimungkinkan.

Pembangunan yang meliputi hotel, visitor center, restoran, mes karyawan, mushala, hingga klinik kesehatan, menurut dia, memang berlebihan.

“Setelah saya lihat, saya hampir seperti orang Labuan Bajo saya mencoba merasa menjadi masyarakat,” ucap dia saat ditemui Tempo di kantor Plataran Indonesia pada Jumat, 5 Agustus 2022.

Ia mengklaim sebagai pionir di Labuan Bajo sebab ikut andil membangun kawasan tersebut sebelum ditetapkannya taman nasional sebagai tujuh keajaiban dunia.

Karena itu, ia merasa memahami masyarakat Labuan Bajo.

“Jadi saya coba lihat karena saya punya kepentingan bahwa Labuan Bajo itu tetap alamnya dijaga,” kata Yozua.

Kemudian ia mengaku langsung menemui masyarakat Pulau Rinca untuk mendengarkan aspirasi mereka.

Akhirnya Yozua memutuskan memasukkan SKL ke dalam grup perusahaannya.

Setelah mengevaluasi rencana bisnis SKL, Yozua memangkas jumlah proyek menjadi sembilan, tanpa hotel.

Klaim Rangkul UMKM Sekitar Proyek itu juga dibangun secara bertahap lantaran menghindari munculnya penolakan masyarakat Pulau Rinca.

“Karena all about Taman Nasional Komodo itu sosialisasi.

Itu penting.

Jadi kita ga bisa breg bangun.

Ini teorinya kita loh.

Saya gak menghakimi pemerintah atau orang lain,” tuturnya.

Karena merasa dekat dengan masyarakat Pulau Rinca, Yozua membantah pembangunan SKL akan mematikan usaha para pelaku UMKM sekitar.

Ia menjelaskan usaha yang dia bangun bersifat komplementer atau melengkapi pembangunan yang dilakukan pemerintah, sehingga tak mungkin bersaing dengan UMKM.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *